KH. Achmad Asrori lahir pada tanggal 1 Januari 1951 di Sawahan, Surabaya. Beliau adalah putra dari KH. Ishaq, seorang ulama besar yang juga merupakan mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Sejak kecil, Asrori telah dibimbing langsung oleh ayahandanya dalam ilmu-ilmu agama, khususnya tasawuf, fiqih, dan al-Qur’an. Lingkungan keluarga yang sangat religius dan penuh nuansa spiritual membentuk pribadi KH. Asrori menjadi seorang yang tenang, khusyuk, dan penuh kasih sayang. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di lingkungan pesantren, KH. Asrori melanjutkan pendidikan agama ke berbagai pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Namun, pendidikan spiritualnya lebih mendalam ketika ia mengikuti bimbingan langsung ayahnya dalam tarekat. Pada usia muda, ia telah menunjukkan kedalaman pemahaman dalam ilmu hakikat dan makrifat.

Ketika KH. Ishaq wafat pada tahun 1980, KH. Achmad Asrori menerima amanah besar sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah. Meskipun usianya saat itu masih tergolong muda, beliau mampu mengemban tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan. Di bawah kepemimpinannya, Al-Fithrah berkembang pesat, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, tetapi juga sebagai pusat spiritual dan zikir yang sangat aktif. KH. Asrori dikenal sebagai sosok yang rendah hati, bijak, dan bersahaja. Beliau mampu merangkul berbagai kalangan, baik masyarakat awam, cendekiawan, maupun tokoh-tokoh nasional. Majelis zikir yang beliau pimpin, terutama pada malam Jumat Legi, selalu dipenuhi ribuan jamaah dari berbagai daerah di Indonesia. Beliau menekankan pentingnya pembersihan hati, cinta kepada Allah dan Rasulullah, serta menjunjung tinggi akhlak mulia.

KH. Asrori memiliki metode dakwah yang halus, mendalam, dan menyentuh hati. Beliau tidak hanya berbicara soal hukum-hukum fiqih, tapi lebih menekankan pada dimensi batiniah dan spiritual Islam. Ceramah-ceramahnya selalu menenangkan jiwa, mengajak pendengarnya untuk kembali kepada Allah dengan penuh cinta dan rindu. Beliau mengajarkan bahwa Islam bukan hanya agama hukum, tetapi juga agama cinta. KH. Achmad Asrori wafat pada hari Senin, 27 Desember 2010 (20 Muharram 1432 H) dalam usia 59 tahun. Wafatnya beliau membawa duka mendalam bagi umat Islam Indonesia, khususnya para murid dan pengikut tarekat. Ribuan pelayat memadati Pondok Pesantren Al-Fithrah untuk memberikan penghormatan terakhir. Jenazah beliau dimakamkan di kompleks pesantren dan hingga kini makamnya menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi.

Warisan terbesar KH. Asrori bukan hanya berupa lembaga pesantren, melainkan juga generasi-generasi murid yang telah mendapatkan bimbingan spiritual darinya. Melalui ajaran-ajaran beliau, banyak orang mengalami perubahan hidup yang signifikan—dari kehidupan yang jauh dari agama menjadi lebih dekat kepada Allah SWT. KH. Achmad Asrori Al-Ishaqy RA adalah sosok ulama tasawuf yang meninggalkan jejak mendalam dalam kehidupan spiritual umat Islam Indonesia. Dengan pendekatan yang lembut, penuh cinta, dan jauh dari kekerasan, beliau berhasil memperkenalkan Islam yang sejuk, damai, dan membumi. Warisan beliau terus hidup melalui pesantren, tarekat, dan hati para murid yang senantiasa mengenang dan melanjutkan perjuangan spiritual beliau. Salah satu ciri khas pengajian KH. Asrori adalah keindahan bahasa dan kedalaman makna. Beliau sering menggunakan syair, hikmah, dan kisah-kisah sufi untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual. Tak jarang, para jamaah menangis haru mendengar petuah-petuah beliau yang menyentuh relung hati terdalam.

Penulis : Mahendra Maulana Subadar