Syekh Wasil Syamsudin, sering disebut Mbah Wasil oleh penduduk orang-orang Kediri. Salah satu tokoh yang dihormati dalam Sejarah jawa. Beliau memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Kediri Jawa Timur dan beliau diyakini juga telah menjadi penasihat dekat kepada Raja Jayabaya yang legendaris. Beliau diperkirakan datang dan mulai berdakwah di Kediri sekitar abad ke-10 hingga ke-12 Masehi, jauh sebelum era Wali Songo yang lebih dikenal dalam Sejarah Islam Jawa. Salah satu sejarawan yang memastikan bahwa Syekh Wasil adalah ulama atau imam besar pada sekitar abad ke-12 M adalah Prof Dr Habib Mustopho, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), yang melakukan penelitian tentang syech Wasil dengan basis data historis dan arkeologis.

Asal Usul dan Gelar Syekh Wasil

Meski belum ada yang membicarakan terkait sejarah yang pasti mengenai asal-usulnya, masyarakat dan sejumlah sumber meyakini bahwa Syekh Wasil berasal dari wilayah Persia atau Isanbul, Turki. Nama aslinya adalah Sayid Sulaiman Syamsuzein Ali, dan ia diduga memiliki garis keturunan Rasulullah dari Siti Fatimah. Julukan “Pangeran Mekkah” yang diberikan oleh masyarakat setempat karena penampilannya yang menyerupai orang Arab, serta sebagai penghormatan atas keilmuanya. Sebutan “Mbah Wasil” sendiri berasal dari kebiasaannya memberikan wasil, yaitu tutur kata dan petuah yang baik kepada masyarakat saat berdakwah. cara berdakwah dengan pendekatan tutur sapa dan kebaikan ini membuatnya sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat Kediri.

Dakwah dan Penyebaran Islam di Kediri

Syekh Wasil datang ke kediri pada masa pemerintahan Raja Sri Aji Jayabaya, sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi. Kedatanganya bukan langsung menyebarkan Islam kepada masyarakat luas, melainkan melalui pendekatan kepada para penguasa dan bangsawan, khususnya Raja Jayabaya. Ia dipercaya sebagai guru spiritual raja tersebut dan memiliki hubungan emosional yang erat dengan sang raja. Metode dakwah Syekh Wasil sangat unik dan efektif. Ia memulai dengan sosialisasi dan pendekatan personal, menyampaikan ajaran Islam melalui petuah dan contoh perilaku yang baik. Pendekatan ini berhasil membuka hati masyarakat Kediri untuk menerima Islam secara perlahan-lahan. Bahkan, beberapa sumber menyebutkan bahwa Syekh Wasil turut berperan dalam pengembangan kitab ramalan atau ilmu pengetahuan khusus yang dikenal sebagai Jongko Sri Aji Jayabaya atau kitab Musyarar yang berisi ilmu falak dan nujum.  

            Sosok Syekh al-Wasil Syamsudin sebagai Tokoh Penyebar Ajaran Islam Awal di Wilayah Kediri dan Sekitarnya. KH. Abdullah Kafabihi Mahrus menyebutkan bahwa keberadaan sosok Mbah Wasil telah memberikan uswah hasanah atau teladan bagi masyarakat Kediri dalam menjalankan kehidupan agama mereka. Kyai Abdullah berpendapat bahwa adanya sejarah tentang kehidupan Syekh Wasil memang agak sulit karena keberadaanya yang jauh sebelum datangnya Wali Songo. Sosok Syekh Wasil sangat penting bagi masyarakat Kediri zaman dulu hingga sekarang, sebab setiap mereka ada hajatan atau keinginan hal yang sering dilakukan adalah bertawassul dengan nama beliau, sehingga julukan “al-Wasil” ini konon karena hal-hal yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Kediri tersebut. karamah beliau juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan untuk membangun masjid dalam waktu hanya semalam, namun karena adanya gangguan dari masyarakat sekitaryang tidak suka dengan beliau, upaya itu tidak berhasil. Sekelompok orang berupaya mengusik kegiatan pembangunan itu dengan membunyikan lesung agar ayam jago berkokok yang menandakan hari sudah pagi, sehingga pembangunan masjid tersebut terhenti sebelum selesai sempurna. Penyebaran Islam oleh Syekh Wasil menurut KH.Kafabihi Mahrus identik dengan cara-cara yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. yakni dengan Islam yang Rahmatan Lil‟alamin, menyebarkan Islam dengan cara yang sangat lembut. Dia menceritakan banyak peristiwa yang berhubungan dengan stely atau cara-cara Nabi Muhammad saw dalam menyebarkan Islam dengan bermacam-macam model berbagai masyarakat yang dihadapi.             Selain sebagai penyebar Islam, Syekh Wasil juga dikenal sebagai guru spiritual dan sebagai hakim di Kerajaan pada masa itu. Keberadaannya sangat berpengaruh dalam kehidupan spiritual dan pemerintahan Kerajaan Kediri. Setelah wafat, beliau dimakamkan di kawasan Setono Gedong, Jalan Doho, Kota Kediri. Makam Mbah Wasil hingga kini menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi, terutama saat bulan Ramadhan. Daerah Setono Gedong sendiri  sebelumnya merupakan tempat sesembahan bagi kepercayaan lokal sebelum islam masuk. Setelah Syekh Wasil menyebarkan Islam, daerah ini berubah menjadi pusat penyebaran agama Islam dan dibangun Masjid Setono Gedong sebagai symbol keberadaan Islam di Kediri. Keberadaannya sangat berpengaruh dalam kehidupan spiritual dan pemerintahan Kerajaan Kediri. Setelah wafat, beliau dimakamkan di kawasan Setono Gedong, Jalan Doho, Kota Kediri. Makam Mbah Wasil hingga kini menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi, terutama saat bulan Ramadhan.

Nama : Salsa Bintang Choiria