Nama lengkapnya adalah abu al qasim al hafidz tsiqatuddin ali bin abi Muhammad al husain bin hibatullah bin Abdullah bin al husain ad dimasyqi asy syafi’i, atau lebih dikenal dengan ibnu ‘asakir, beliau merupakan ulama ahli hadis dari syam. Ibnu asakir lahir pada bulan muharam tahun 499 H atau tepatnya pada tanggal 13 September 1105 M. Ibnu asakir lahir dalam keluaarga yang sederhana dan dikaruniai banyak ilmu, ibnu asakir memulai endidikan keilmuannya pada usia 6 tahun, menghadiri majlis majlis fiqih yang dipimpin oleh kakak lakilakinya yang bernama sa’in ad din hibatullah ibn al hasan (w. 563) dan belajar tata Bahasa arab dari kakek beliau dari pihak ibu, yang Bernama abu al muhaffadal al qurashi. Dua pamannya dan saudara laki lakinya mengepalai jabatan kepala hakim di damaskus, kedua pamannya Bernama abu al ma’ali Muhammad ibn yahya ibn ali al qurashi (w. 537) dan abu al makarim sultan ibn yahya (w. 530) sedangkan kakak laki laki beliau Bernama Muhammad ibn al hasan.
Pada saat Ibnu `Asakir mencapai pubertas, ia telah memiliki sertifikat hadis dari para ulama Damaskus, Baghdad, dan Khurasan. Pada usia dua puluh tahun, setelah ayahnya meninggal, ia berkeliling dunia Islam untuk mencari riwayat hadis dan melakukan ziarah, kembali ke Damaskus dan bepergian lagi antara tahun 519 dan 533, “sendirian kecuali karena ketaatan kepada Allah yang ia jadikan sebagai teman,” mendengarkan hadis dari 1.300 syekh laki-laki dan sekitar 80-an syekh perempuan di Baghdad, Mekkah, Madinah, Asbahan, Naysabur, Marw, Tibriz, Mihana, Bayhaq, Khusrujird, Bistam, Herat, Azerbaijan, Kufa, Hamadhan, Ray, Zanjan, Bushanj, Sarkhas, Simnan, Jarbadhqan, Mawsil, dan tempat-tempat lainnya.
Setelah tahun 533, ia mengajar hadis di sudut masjid Umayyah di Damaskus, kemudian di sekolah Dar al-Sunna (kemudian berganti nama menjadi Dar al-Hadith) yang dibangun untuknya oleh al-Malik al-`Adil Nur al-Din Mahmud ibn Zanki. Ia menjauhi segala jenis harta benda dan menolak jabatan kepala pengkhotbah, berkonsentrasi pada pengajaran, penulisan, dan peribadatan. Muridnya yang paling terkenal adalah sultan Salah al-Din al-Ayyubi, yang menghadiri pemakamannya di belakang imam al-Qutb al-Naysaburi.
Setelah membekali diri dengan ilmu dengan riwayat perjalanan yang luar biasa, Ibnu Asakir mulai menuangkan buah pikirannya dalam tulisan-tulisan. Para sejarawan mengumpulkan dan menghitung karya-karya Ibnu Asakir lebih dari 60 buku. Sebagian besar tulisannya adalah tentang ilmu hadits dan sisanya tentang keutamaan amalan. Karya utamanya adalah Tarikh Dimasyq. Kitab Tarikh Dimasyq karya Ibnu Asakir
Di antara karya tulisanya adalah:
Tarikh Dimasyq, al-Ijtihad fi Iqamati Fardhi al-Jihad, al-Ahadits al-Khumasiyat wa Akhbar Ibnu Abi Dunya, al-Ahadits al-Mutakhayyirat fi Fadhail al-Asyrati fi Juzain, Amali fi al-Hadits, Tabyin Kadzabi al-Muftari fima Nasaba ila Abil Hasan al-Asy’ari, Tsawabu ash-Shabr ‘ala al-Mashaib bil Walad, Fadhlu Ashhabul Hadits, Kitab Fadhlu Makkah, Kitab Fadhlu al-Madinah, Kitab Dzammu Man La Ya’mal Bi’ilmihi, Kitab Fadhail ash-Shiddiq, dll. Produktifitasnya ini menunjukan kesungguhannya dalam berdakwah dan sebelumnya membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang luas. Dengan karya-karyanya itu, namanya tetap abadi hingga kini
Nama : Sofiyyul Chalim Ali Musafa
Tinggalkan Balasan